Kamis, 29 Maret 2012

Indonesia Dalam Mengatasi Krisis Global

    Prediksi mengkhawatirkan dilansir otoritas Bank Indonesia (BI). Bank sentral di tanah air itu memperkirakan dampak krisis global akan merambat ke sektor rill mulai tahun depan.
"BI menurunkan prediksi pertumbuhan ekonomi tahun depan dari 6,7 persen menjadi 6,5 persen," kata Direktur Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Bank Indonesia, Perry Warjiyo, dalam seminar Dampak Ketidakpastian Ekonomi Global Terhadap Perekonomian Indonesia, di Hotel Nikko, Jakarta, Selasa, 15 November 2011
    Perry mengakui, krisis global yang melanda negara-negara maju saat ini sudah berdampak pada pasar keuangan nasional. Hal itu ditandai dari penarikan dana keluar (capital outflow) hingga kuartal ketiga 2011 sebesar US$4,7 miliar.
   Investor asing tercatat menarik dananya di sejumlah instrumen investasi seperti saham, obligasi maupun Surat Utang Negara (SUN). "Namun, kami yakin di triwulan empat ini capital inflow akan masuk lagi melalui foreign direct investment (FDI)," kata Perry.
    Kendati mulai berdampak pada sektor riil, BI menyatakan sejumlah sektor usaha di tanah air masih mampu menopang pertumbuhan ekonomi nasional. Sejumlah sektor yang tetap akan mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia seperti perdagangan, telekomunikasi, dan sumber daya alam.
Selain itu, BI menegaskan pihaknya telah menyiapkan sejumlah langkah antisipasi jika dampak krisis global benar-benar menghantam sektor riil di tanah air.
    Sebelumnya, Kepala Ekonom dari Bank Danamon, Anton Gunawan,  menilai dampak krisis global yang berlangsung di kawasan Eropa dan Amerika Serikat diperkirakan lebih datar dibandingkan krisis 2009 lalu dan tidak akan terasa langsung. Namun pelaku ekspor di Indonesia harus mencermati situasi itu karena krisis tersebut diperkirakan berlangsung lebih lama.
Anton menjelaskan, krisis global yang dipicu akibat kondisi keuangan di Uni Eropa dan Amerika Serikat ini, akan sangat terasa bagi industri domestik yang secara langsung mengekspor barang-barang komoditas ke negara-negara yang terkena krisis.

      PENYELESAIAN

Perekonomian dunia saat ini bisa dikatakan sedang gonjang ganjing. Agar tidak menular ke Indonesia, ada baiknya pemerintah melakukan beberapa strategi dan arah kebijakan di 2012.

  1. Strategi dan arah kebijakan tersebut harus memperkuat ketahanan dalam menangkal risiko penularan krisis global terhadap stabilitas makroekonomi dan keuangan Indonesia.
  2. harus mendorong potensi dan kekuatan perekonomian nasional," kata Ketua Bidang Ekonomi dan Kewirausahaan DPP PPP Aunur Rofiq dalam sebuah diskusi di Jakarta.
  3. Dari sisi kebijakan makroekonomi, kebijakan fiskal Pemerintah dan kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) perlu diarahkan untuk dapat menstimulus perekonomian khususnya dari sisi permintaan dengan tetap menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.
  4. Sementara itu, dari sisi kebijakan sektoral dan struktural, peningkatan investasi dan kapasitas perekonomian untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dari sisi penawaran perlu dilakukan melalui percepatan berbagai program yang selama ini telah dicanangkan untuk peningkatan investasi dan infrastruktur.
  5. Khususnya dalam Master Plan untuk Percepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Adanya suatu protokol manajemen krisis secara nasional merupakan kebutuhan, seperti layaknya di negara lain seperti Korea Selatan.

"Apa yang sekarang ada di Indonesia belum memadai sebagai suatu protokol nasional, karena protokol di masing-masing instansi belum terintegrasi secara utuh ke dalam suatu protokol manajemen krisis nasional, yang perlu dituangkan dalam Undang-undang seperti ke dalam rencana RUU Jaring Pengaman Sistem Keuangan (JPSK)," jelasnya.

1 komentar:

  1. teman jangan lupa yah masukin link gunadarmanya k dalam blog kamu. Sekarang kan sudah mulai softskill, sebagai salah satu mahasiswa gunadarma ayo donk masukin link gunadarmanya, misalkan:
    www.gunadarma.ac.id
    www.studentsite.gunadarma.ac.id
    www.baak.gunadarma.ac.id
    www.ugpedia.gunadarma.ac.id
    :)

    BalasHapus